Judul : Taring Harimau Jingga Penulis : Mas Ruscita Penerbit : PT. Tarukan Agung, Desember 2005 Tebal : 28 halaman Peresensi : Sismanto “KITA kehilangan budaya malu,” demikian ucapan yang terlontar saat menanggapi ramainya pejabat yang ke luar negeri dalam kondisi krisis ekonomi. Jika ada perkelahian, bunuh diri, perampokan sampai pemerkosaan, maka yang dijadikan alasan adalah kurangnya pendidikan budi pekerti. Lantas bagaimana memberi pendidikan budi pekerti dalam zaman yang serba canggih dan bergulir cepat ini? Zaman dahulu para orang tua masih punya waktu dan kesempatan untuk mendongeng, mengajak anak-anak maupun cucu-cucunya menonton wayang maupun arja. Kini dengan makin mengglobalnya dunia, jarak anak dengan orang tua seakan begitu jauh. Orang tua sibuk dengan dunianya sendiri dan anak juga sibuk dengan dunianya sendiri. Untuk lebih mendekatkan dunia anak dan orang tua, masing-masing pihak perlu mengalah. Pihak orang tua perlu mensosialisasikan dongeng yang biasanya diceritakan langsung maupun lewat kesenian dalam bentuk yang lebih bisa dijangkau anak-anak sekarang. Sedangkan di pihak anak-anak, perlu ada penyeleksian pada media-media yang ada di dekatnya. Pendidikan budi pekerti bisa disampaikan lewat lagu, cerita kartun, sinetron maupun buku bergambar. Orang tua perlu menyeleksi materi-materi yang ada di dekat anak yang bisa dipakai sebagai media pendidikan budi pekerti. Sebutlah misalnya anak-anak suka menonton film kartun, maka harus ada seleksi terhadap film-film kartun anak-anak yang benar-benar bisa mendidik, tidak justru film yang mengajar anak-anak untuk bertindak kurang ajar terhadap orang lain dan menganggapnya sebagai lelucon. Demikian juga bagi anak-anak yang suka membaca, sebisanya diupayakan bacaan yang mengajarkan anak-anak tentang penididikan budi pekerti yang bersifat universal. Misalnya perasaan sayang pada sesama dan semua makhluk, mau berkorban untuk orang lain, juga tahu diri. Sebenarnya materi-materi seperti ini banyak dijumpai dalam dongeng dan cerita rakyat, asal pandai memilih dan mampu mengadaptasi ceritanya agar sesuai dengan konteks sekarang. Yang lebih penting adalah mengkemasnya agar menarik bagi anak-anak. Agaknya inilah yang dilakukan Pustaka Tarukan Agung lewat buku terbitan terbarunya yang berjudul “Taring Harimau Jingga”. Buku setebal 28 halaman ini memuat tiga dongeng pilihan dilengkapi dengan gambar dan warna yang menarik. Cerita pertama mengisahkan tentang seorang anak baik yang menolong seekor harimau yang terperangkap dalam jebakan. Setelah lolos dari jebakan harimau itu justru ingin memangsanya. Cerita kedua berkisah tentang seorang anak baik yang disayang Dewi Bumi. Sayangnya ia punya banyak keinginan yang membuatnya tidak pernah puas dan bahagia. Sedangkan cerita ketiga berkisah tentang persahabatan seekor kucing dan seekor anjing. Walaupun awalnya kedua binatang ini selalu bertengkar, akhirnya mereka sepakat bersahabat. Karena kesetiakawanan kedua binatang ini membuatnya bisa menyelesaikan tugas yang berat. Ketiga cerita dalam kumpulan cerita anak Pustaka Tarukan Agung ini layak ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Ketiga cerita tersebut memberi pelajaran secara tersamar tentang sifat-sifat dasar yang wajib dimiliki oleh semua mahluk. Buku yang ceritanya diceritakan kembali oleh Mas Ruscita ini menarik karena penampilannya seperti cerita biasa, tanpa menggurui. Pendidikan budi pekerti yang dikandung cerita ini menyatu dengan cerita itu sendiri. Sehingga jika membaca cerita ini, secara tidak langsung, karakter tokoh cerita anak terekam dan tertanam dalam jiwa anak-anak. Cerita ini juga tak membosankan jika dibaca berulang-ulang.