Terimakasih Nak! Di sekolah tempat saya bekerja ditempatkan empat orang PBU yang masing-masing mengurusi bagiannya masing-masing. Ada yang bertugas di lantai satu, ada yang bertugas di lantai dua, ada yang bertugas di halaman dan sekitar, dan ada pula satu orang PBU perempuan yang bertugas mengurusi masalah dapur dan terkadang juga membantu PBU yang lain di kelas maupun tempat-tempat yang diiminta oleh koordinatornya.
Penulis: Sismanto
Email: sirilwafa at gmail dot com
Kegiatan operasional sekolah semakin ringan saja bila saya mengingat jasa para PBU – salah satu kontraktor yang mengurusi kebersihan sekolah. Tugas mereka adalah membersihkan semua bagian sekolah. Bila saya harus mempoto copy soal maupun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang biasa kami sebut dengan worksheet saya bisa meminta para PBU yang mengurusi bagian ini. Meski saya usahakan mengerjakan sendiri tanpa bantuan PBU.
Seperti biasa bila waktu istirahat, saya selalu menyempatkan diri berada di pos penjagaan Satpam yang terletak di bagian gerbang depan. Di samping berbicara panjang lebar dengan Pak Satpam saya juga menyempatkan diri mengawasi anak didik – anak didik saya yang bermain dengan asyiknya di halaman sekolah. Anak-anak ketika istirahat sedang asyik-asyiknya bermain bola di halaman sekolah di dekat tempat saya berada di pos satpam. Tepatnya di bagian belakang pos satpam dan di depan sekolah itulah terletak halaman sekolah kami.
Bila waktu istirahat, biasanya halaman sekolah ini selalu ramai dipadati anak-anak yang sedang bermain. Kebetulan waktu istirahat itu anak-anak sedang bermain sepak bola. Begitu asyiknya mereka main sepak bola, bola yang digunakan anak-anak keluar dari pagar pembatas sekolah. Anak-anak tidak berani mengambil bola tersebut secara di depan pos jaga ada saya dan satpam yang kebetulan memang mengawasi anak-anak yang sedang bermain.
Melihat kejadian itu, saya masih saja diam di tempat duduk tidak mengambilkan bola yang terlempar keluar pagar. Saya masih menunggu reaksi apa yang akan dilakukan oleh anak didik saya untuk mengambil bola itu bila di luar pagar ada seorang PBU paruh baya yang sedang melakukan tugasnya, asyik memotong rumput dan tidak begitu menghiraukan apa yang dikerjakan oleh anak didik saya.
Tanpa saya sadari anak-anak sudah berteriak minta bapak paruh baya yang sedang memotong rumput tadi untuk mengambilkan bola yang keluar pagar. Saya masih tetap bergeming dari tempat duduk semula.
“Pak . . .pak… bola pak”
Hampir semua anak didik saya berteriak ke bapak tadi untuk mengambilkan bola. Sementara bapak itu masih asyik memotong rumput di tempatnya yang tidak jauh dari bola yang jatuh.
“Pak . . .pak…. ambilkan bola pak” teriak anak-anak yang masih menunggu reaksi bapak pemotong rumput untuk mengambilkan bola. Bapak itu lantas mengambilkan bola untuk dilempar kembali ke halaman sekolah. Saya masih duduk di pos jaga satpam sambil berdoa dalam hati, “Ya Allah, mudah-mudahan anak didik saya setelah menerima bola dari bapak tadi mengucapkan terima kasih”.
Ternyata, do’a yang saya panjatkan dlaam hati dalam-dalam tidak terkabul. Dari kesekian anak yang bermain sepak bola di halaman sekolah itu tidak ada yang mengucapkan terimakasih kepada bapak yang mengambilkan bolanya. “Ya Allah, begitukah anak didik saya. Tidak mau mengucapkan terimakasih kepada orang yang menolongnya. Meski itu hanya mengambilkan bola?”. Saya masih tidak percaya dengan doa saya..
Tidak kurang dari dua puluh anak yang bermain sepak bola itu tidak ada yang mengucapkan terima kasih kepada bapak yang mengambilkan bolanya. Saya langsung pesimis dengan doaku, mengapa anak-anak tidak berterimakasih kepada orang yang menolongnya? Dan belum berhenti rasa pesimis saya, salah seorang anak didik saya yang juga bermain bola di lapangan memberikan ucapan termakasih kepada bapak yang memotong rumput.
“Terimakasih ya Allah”, ternyata salah satu dari kesekian anak didik saya ada yang mengucapkan terimakasih pada PBU – bapak yang meotong rumpat (salah satu kontraktor yang mengurusi kebersihan sekolah). Terimakasih nak, dari kesekian banyak anak didikku engkaulah yang memberikan senyum kecil di hari itu.
Sismanto
“Jadilah guru sendiri, sebelum menjadi guru orang lain:”
http://mkpd.wordpress.com