Kata siapa menulis itu sulit? Bila Anda menemui permasalahan atas pertanyaan tersebut di atas, simaklah tulisan ini. Bagi Anda yang berprofesi menjadi guru tentu hal ini akan menjadi semakin berguna karena setiap hari Anda bergumul dengan dunia tulis menulis. Kuncinya terletak pada kebiasaan. Kebiasaan bagi seorang petani yang terbiasa mencangkul di sawah akan lebih mudah mencangkul daripada orang yang pakai dasi di kantoran yang kerjanya di belakang meja. Seorang nelayan akan mudah menebar dan membuat jala dibandingkan dengan pekerjaan lain, karena itu memang kebiasaannya. Dulu saya terbiasa ikut bapak ke laut mencari ikan di laut, maka saya terbiasa dengan kehidupan laut. Tapi lambat laun kebiasaan itu hilang ketika saya tidak membiasakan diri ke laut. Saya akui, seorang guru ketika memasuki kelas idealnya membawa persiapan yang matang akan materi yang akan diajarkan kepada peserta didiknya dan juga lesson plan yang dijadikan acuan bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar. Meskipun satu RPP dengan RPP yang lain ada kemiripan dalam modelnya, namun berbeda dalam isinya. Beberapa panduan pembuatan RPP yang saya temui misalanya terdiri atas: standar kompetensi, kompetensi dasar ,indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran (kegiatan pendahuluan/awal, kegiatan inti, dan kegaiatan penutup/akhir), sumber belajar, dan penilaian. Meski beberapa metodologi pembelajaran tidak dikuasinya secara konsepsi namun dapat dilakukannya secara aplikatif – dapat dituliskannya dengan runtut. Lantas apa yang membuat menulis bagi guru begitu sulit direalisasikan? Kalaupun ada yang menjadi penulis itu kurang dari 5 persen dari total populasi guru, padahal mereka terbiasa menulis. Wallahu ‘Alam..!!
Dan siapa yang bilang menulis itu mudah?
Misalnya saya terbiasa bangun di malam hari, mengambil air wudlu, sholat – kemudian beribadah kepada Nya tentu saya lebih mudah bangun daripada orang yang tidak pernah beribadah di malam hari, tidak pernah sholat tahajud, dan tidak terbiasa bangun di malam hari. Pun demikian dengan guru, terbiasa membuat administrasi pembelajaran, terbiasa membuat evaluasi pembelajaran, penilaian, apalagi membuat ini dan itu.
Bagi guru-guru di pedalaman yang tidak komputer, menulis juga bisa dilakukan dengan menggerakkan pena melalui selembar kertas. Mengingat tidak terbiasa menggunakan komputer atau dikarenakan tidak adanya komputer, maka menulis dengan pena menjadi satu-satunya jalan baginya untuk menulis – menimal menuliskan nilai anak, tidak lebih. Bagi yang terbiasa menggunakan komputer akan lebih mudah menulis dengan komputer daripada menuliskannya di selembar kertas. Lagi-lagi kebiasaanlah yang membuat seseorang itu terbiasa – endingnya menjadi profesi – dan menjadi profesional di bidangnya.
Bagi yang terbiasa menulis – akan lebih mudah melakukannya daripada orang yang tidak terbiasa menulis. Lantas, mengapa jika ingin menjadi penulis koq tidak membiasakan diri untuk menulis – menunggu apa? Menunggu sampai bisa menulis dengan sendirinya? Mana mungkin! Jika Anda tidak melakukannya dan membiasakan menulis.
Menulis mudah dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan di manapun, tidak terkecuali bagi guru. Tanpa sengaja manakala membuat administrasi pembelajaran guru menuliskan rencana pembelajarannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan alat vital yang harus dimiliki seorang guru. RPP dijadikan bekal guru sebelum memasuki kelas yang akan diampunya.
http://mkpd.wordpress.com