Momentum Bangun NU Kutai Timur

Banyumili Travel
Minggu, 24 Maret 2024


Tanggal 24–25 juni 2011 ini ada agenda besar yang diselenggarakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU)  Kutai Timur, yakni menggelar konferensi Cabang II NU yang akan dilaksanakan di hotel Amar.  Sebelumnya,  acara pembukaan akan diadakan di GOR Buana Mekar Sangatta. Hadirnya konfercab ini merupakan  momentum bagi warga Nahdliyin untuk membangun NU Kutai Timur untuk periode lima tahun mendatang  yang saat ini masih dirasa belum optimal perannya.

Saya masih ingat ketika masih belia belum tahu betul tentang apa itu agama? Apalagi Ormas-Ormas Islam yang belakangan saya ketahui di lingkungan sekitar saya adalah orang-orang yang mempunyai visi yang selaras dengan NU. Mereka yang mempunyai basis Islam kultural ini biasanya tidak tahu menahu Islam yang dianutnya dan mencangkok pemikirannya Gus Dur “hanya menganut pada kiai-kiai kampung atau NU secara organisatoris yang berpusat di Jakarta”. 

Tentu saja hal ini lambat laun perlu dipikir ulang tentang keberadannya, bagaimana memberdayakan warga nahdliyin semakin berdaya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sekaligus juga menjadi sumber dari segala sikap lalai yang bisa berujung pada bencana yang di alami manusia. Fasilitas materiil yang banyak menjanjikan kebahagiaan hidup menjadikan manusia sebagai pemuja ilmu dan teknologi, sehingga tanpa di sadari lambat laun integritas kemanusiaannya tereduksi lalu terperangkap pada jaringan sistem rasonalitas kehidupan yang tidak manusiawi.

Untuk itulah, sekarang adalah waktu yang tepat pada Konfercab II NU penulis memberikan beberapa usulan guna perbaikan dan menjadi agenda Konfercab II NU bagi perkembangan positif NU yang nantinya dapat diusulkan lebih lanjut ke dalam even NU yang secara organisatoris lebih tinggi tingkatnya, yakni Konferensi Wilayah (Konferwil) maupun muktamar. Selain mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kutai Timur periode 2006 – 2011 dan memilih Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kutai Timur periode 2011–2016. Setidak-tidaknya ada agenda penting yang menurut penulis perlu diagendakan dalam konfercab; yaitu membangkitkan kembali beberapa Lembaga, Lajnah, dan Badan Otonom Nahdlatul Ulama’ yang mati suri serta memperkuat dimensi zuhud yang menjadi culture warga NU di kalangan pesantren

Lembaga-lembaga NU yang perlu dihidupkan kembali sesuai dengan Anggaran Dasar (ART) NU pasal 18 adalah Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama disingkat (LP2NU), Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM), dan lembaga-lembaga lainnya. Sementara lajnah yang perlu dilembagakan di NU Kutai Timur adalah Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU), bertugas mengelola ru’yah, hisab dan pengembangan IImu Falak, Lajnah Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama, (LTNNU), bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab/buku serta media informasi menurut faham Ahlussunnah wal Jamaah, dan Lajnah Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU).

Namun saya kira yang menyita perhatian dalam Konfercab ini adalah pemilihan Rais Syuriah dan Ketua Tanfidziyah (Ketua Pengurus Cabang). Rais Suriyah saat ini adalah Ir. Ismunandar, MT. dan Ketua Tanfidziyahnya Ustadz Imron. Menariknya adalah NU sebagai organisasi massa berbasis agama, sosial, dan kemasyarakatan terbesar di Kutai Timur ini tentu akan menjadi menjadi gerbong yang sangat kuat untuk menuju Kutim I, meskipun NU sendiri secara khittah tidak melibatkan diri terjun ke politik praktis. Tampaknya komposisi Pengurus Cabang NU periode 2011-2016 akan berubah bila melihat atusiasme warga Nahdliyin dan beberapa dukungan terhadap calon rois suriah dan ketua tanfidz, Rois Suriah sebagai orang nomor satu di NU Kutai Timur santer dibicarakan adalah Abdal Nanang, sementara Ir. Ismunandar, MT. yang saat ini menjabat sebagai Rois Suriah diisukan paling kuat menduduki ketua Tanfidz.

Sekilas bila melihat wacana yang berkembang, maka akan menimbulkan kejanggalan untuk posisi Ketua Tanfidz, bila benar yang akan mendudukinya adalah Ir. Ismunandar, MT. mengingat posisinya yang sekarang (Rois Suriyah) lebih tinggi daripada Ketua Tanfidz. Seharusnya yang perlu diketahui bahwa orang nomor satu di Nahdhatul Ulama’ Kutai Timur adalah Suriyah bukan pada Tanfidz, namun jika melihat posisi yang strategis di NU nampaknya tepat memilih sebagai Ketua Tanfidz. Lihat saja ketika Megawati Soekarno Putri mencalonkan diri sebagai presiden, Beliau mengjak Hasyim Muzadi yang saat itu menduduki sebagai Ketua Tanfidz, dan bukan mengajak Rois Am Suriah sebagai orang nomor satu di PBNU (KH. SAhal Mahfudz).

Harapan penulis dan juga warga NU tentunya selain mendapatkan pemimpin yang ideal di NU Kutai Timur saat ini tentu dengan terpilihnya Rois Suriah dan Ketua Pengurus Cabang NU akan memberikan perubahan terutama peran serta NU sebagai Organisasi Massa terbesar di Kutai Timur yang bersifat partisipatoris di masalah keagamaan, sosial, kebangsaan, dan kemasyarakatan. Mudah-mudahan Konferensi Cabang NU ke-2 Kutai Timur berjalan dengan sukses.

Selamat Berkonferensi..!!

Penulis adalah penulis buku dan Steering Committee Konfercab NU 2011, email sismanto@kpc.sch.id

diposting di Radar Sangatta, 25 Juni 2011