Sade adalah salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Dusun ini dikenal sebagai dusun yang mempertahankan adat suku Sasak. Suku Sasak Sade sudah terkenal di telinga wisatawan yang datang ke Lombok. Ya, Dinas Pariwisata setempat memang menjadikan Sade sebagai desa wisata. Ini karena keunikan Desa Sade dan suku Sasak yang jadi penghuninya. Sebagai desa wisata, Sade punya keunikan tersendiri. Meski terletak persis di samping jalan raya aspal nan mulus, penduduk Desa Sade di Rembitan, Lombok Tengah masih berpegang teguh menjaga keaslian desa. Tiba di Lombok Lombok Half Day Tour : Desa Banyumulek, Desa Sukarare,Sade,Pantai Kuta & Tanjung Aan Check in hotel dan acara bebas Setelah sarapan pagi, dilanjutkan ke Pulau Gili Trawangan untuk Tour Seharian : Melalui Malimbu, Pelabuhan Bangsal, Menuju Gili Trawangan dengan Boat, Diantar menuju Bangsal, Mengunjungi Pegunungan Pusuk Diantar ke Bandara Internasional Lombok Bukit Senggigi, Set by beautiful hillside in the center of Senggigi, Bukit Senggigi Hotel is a preferred choice for budget travelers. riendly cottage style accommodation. The hotel features lovely cottage style accommodation with stunning views of Senggigi Beach and Lombok Strait. Built on a hill slope, all units overlook the ocean making it possible to witness sunset over the straits of Lombok behind the shadow of Mt. Agung Bali. All rooms are equipped with modern amenities such as balconies, private bathroom with bathtub and shower, mini refrigerator and television with satellite channels. Other facilities and services on offer are a swimming pool, massage, laundry service and airport transfer. JL. Raya Senggigi, Km 13, Senggigi, Lombok, Indonesia 83155 For travel between Wed, 10 Jul 2013 and Mon, 30 Dec 2013 Twin sharing Price: Rupiah 1,311,000 Single Adult Price: Rupiah 1,549,000
Selain desa Sade, desa Sukarare juga menjadi salah satu sentra penghasil tenun. Berada di Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Desa Sukarara memang menjadi salah satu desa wisata tujuan para wisatawan. Di desa ini, turis bisa menyaksikan tangan-tangan terampil para pengrajin dalam menenun songket, dengan cara tradisional tentunya.
Seolah mengetahui banyak wisatawan yang tertarik dengan desa ini, para perempuan Desa Sukaraja selalu menyambut setiap pelancong yang datang di pintu masuk desa. Hampir semua mengenakan pakaian adat Suku Sasak, lengkap.
Setelah menyambut, barulah perjalanan Anda di Desa Sukarara dimulai. Wisatawan akan diajak berkeliling desa, dan melihat bagaimana perempuan Sukarara menenun songket.
Biasanya, proses pembuatan tenun songket ini bisa dilihat langsung di halaman rumah warga. Tak sedikit pula yang sengaja menunjukkan keterampilannya dalam menyongket di rumah workshop.
Dengan lincahnya, para perempuan di Desa Sukarara memintal benang menjadi kain, menggunakan alat tenun tradisional. Lebih asyik lagi, turis yang datang bisa mencoba menggunakan alat tenun ini.
Benar, perempuan di Desa Sukarara memang wajib belajar menenun. Lebih uniknya lagi, salah satu syarat para penenun di desa ini haruslah para gadis alias perawan alias perempuan yang belum menikah di desa. Jadi bisa dibilang, sebelum menikah para gadis ini harus pintar menenun.
Nah, kalau ada perempuan yang belum bisa menenun tapi nekat menikah, maka akan dikenakan sanksi berupa denda. Dendanya bisa berupa uang, hasil panen padi atau beras. Aturan ini dibuat agar perempuan di Desa Sukarara lebih mandiri dan tidak bergantung pada pria.
Selain melihat kegiatan menenun, di Desa Sukarara Anda juga bisa melihat ada banyak toko yang menjual kain tenun songket. Warna-warni kain tenun dipajang di setiap etalase toko.
Umumnya, di setiap kios dijual dua jenis kain, yaitu kain tenun ikat dan kain tenun songket. Kain tenun songket hanya dibuat oleh kaum perempuan dengan manual. Pekerjaannya pun cukup lama, mencapai 1-2,5 bulan.
Motif yang diberikan untuk setiap kain biasanya berbeda-beda. Ada kain ikat yang bermotif rumah adat dan lumbung, tak sedikit pula memiliki motif tokek. Rumah adat dan lumbung sebagai simbol kehidupan Suku Sasak. Tokek merupakan hewan keberuntungan bagi masyarakat Lombok.
Soal harga jangan ditanya. Bisa dibilang harga yang diberikan untuk setiap kain sesuai dengan lama dan rumitnya proses pembuatan. Harga selembar kain tenun songket bervariasi, mulai dari Rp 200.000- 5.000.000. Tergantung motif dan ukuran. Kalau harga ini dirasa mahal, Anda bisa memilih syal yang kecil seharga Rp 20.000.
Selain terkenal dengan kerajinan tenun, Lombok juga terkenal sebagai penghasil gerabah. Salah satu desa yang terkenal di pulau Lombok karena kerajinan ini adalah Desa Banyumulek, dimana sebagian besar penduduknya berprofesi menjadi pengrajin Gerabah. Profesi ini sudah turun temurun sejak jaman nenek moyang mereka.
Desa Banyumulek terletak di Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat dengan luas 4.21 ha dan jumlah penduduk 10.347 jiwa.
Saat ini gerabah Banyumulek dan Lombok secara umum telah menembus pasar dunia dengan 28 negara tujuan ekspor. Beberapa di antaranya adalah Amerika, Belanda, Italia, New Zealand, Spanyol, Norway, Denmark, Malaysia dll. Pada tahun 2002, nilai ekspor gerabah Banyumulek Lombok tercatat sekitar 1,116 juta dollar Amerika.Itinerary
Day 1 : KEDATANGAN di LOMBOK –SASAK TOUR
Day 2 : KEBERANGKATAN dari LOMBOK – TRANSFER OUT
About the Hotel
Location
Price Details