Rembang – ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) wilayah Semarang dan sekitarnya, Mas Farid, berkunjung ke tempat Gus Mus di Leteh, Rembang. Tujuannya adalah mengundang beliau untuk menjadi salah satu pembicara sarasehan tentang cara mengantisipasi berita hoax yang berpotensi memecah belah bangsa pada tanggal 20 April 2017. “Kondisi sekarang di dunia sosial media itu penuh dengan fitnah dengan hujatan-hujatan kebencian, itu menurut saya sumber utamanya adalah dari sikap berlebih-lebihan. Saya jauh hari sudah memperingatkan. Mencintai itu jangan berlebih-lebihan dalam segala hal. Ini akibat berlebih-lebihan dalam mencintai ataupun membenci. Itu berakibat seperti yang sedang terjadi orang di dalam apa namanya bersaing misalnya sudah lupa kalau bersaing sama sama mendukung calon presiden” Gus Mus memulai. “Kita sering lupa bahwa masing-masing calon itu sama-sama orang Indonesianya. Ndak ada orang Yahudinya, ndak ada orang Amerikannya, tidak ada orang Arab atau orang yg lainnya. Orang Indonesia semua. Prabowo sama Jokowi sama-sama Indonesia. Kedua-duanya pasti mempunyai program untuk kebaikan Indonesia, tapi ketika pendukung ini selalu berlebih-lebihan di dalam mendukung calonnya, selalu tidak hanya memuji calonnya saja”. Lanjut Gus Mus. “Kalau bisa mestinya sebatas itu. tidak boleh melebihi. Jika kita senang dan cinta sama istri kita itu, kita batasi memuji istri kita setinggi langit. Misalnya alisnya bagi semut beriring, dagunya bagai lebah bergantung, asal jangan diteruskan. Daripada istrimu?!” Gus Mus melanjutkan. “Untuk melawan penyebar berita-betia bohong, hoax, provokatif, atau perpecahan, jangan gunakan istilah “sing waras ngalah”. Sebab jika kita mengalah maka justru merekalah yang merasa waras dan menang” Tegas Gus Mus. “Maka kita harus melawan atau menanggulangi apa yang mereka sebarkan dengan cara yang sangat berbeda dengan mereka tentunya. Lawanlah ujaran kebencian dengan kasih sayang. Tidak dengan bahasa kebencian” Pungkas Gus Mus mengakhiri pesannya. Editor Sismanto HS
Mampuono, Sekjen Ikatan Guru Indonesia pada saat yang sama juga mengenalkan metode Menemu Baling (Menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga) yang langsung diimplementasikan oleh Gus Mus. Dengan menggunakan tablet Samsung A8, Gus Mus mulai menuliskan dengan mulut pesan-pesan kepada anak bangsa tentang bagaimana bersikap dalam menghadapi berita-berita hoax.